Search in the Quran
Search in Quran:
in
Download Islamic Softwares (FREE)
Get Free Code
Powered by www.SearchTruth.com
Search Islamic Directory
Keyword:
Free Web Counter
hit Counter Credits

    Powered by Blogger

    My Daily Thoughts

Sunday, October 09, 2005

Profil Pendiri Institut Ilmu Alqur'an

Prof. KH Ibrahim Hosen,LML lahir di Tanjung Agung, Bengkulu, 1 Januari 1917. Beliau adalah putra kedelapan dari 12 bersaudara dari pasangan KH Hosen, seorang Ulama dan Saudagar keturunan Bugis dengan Siti Zawiyah, keturunan ningrat Kerajaan Salebar, Bengkulu. Jalur profesi beliau kelak seolah menggabungkan muasal kedua orangtuanya: Ulama sekaligus Birokrat (ningrat).

Pada usia 17 tahun, beliau mulai berpisah dari orangtuanya. Beliau berkelana ke sejumlah pesantren. Beliau mengawali berguru pada KH Abdul Latif di Cilegon, Banten. Lalu beliau pergi ke Jami'at Kheir di Jakarta untuk belajar pada ahli sastra Arab, Sayyid Ahmad Assegaf, yang ternyata sudah pindah ke Solo. Beliau kembali ke Banten untuk belajar ilmu Qira'at pada KH Tubagus Sholeh Ma'mun di Pesantren Lontar, Serang.

Bekal itulah yang kelak mendorong beliau mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Alqur'an (khusus pria, 1971) dan Institut Ilmu Alqur'an (khusus wanita, 1977). Mahasiswanya wajib menghafal Alqur'an. Dari Serang, beliau beliau menuju Pesantren Buntet, Cirebon, belajar ilmu mantiq, fikih, dan ushul fiqh pada KH Abbas. Pesan Kiai Abbas pula yang membentuk cara pandang beliau hingga kini. "Fikih itu luas. Jangan terpaku pada satu mazhab." ujarnya.

Beliau lantas nyantri pada Sayyid Ahmad, di Solo, dan mengaji kitab Al Umm karya Imam Syafi'i pada KH Sanusi di Sukabumi, Jawa Barat. Studi pamungkasnya dirampungkan beliau di Fakultas Syari'ah, Universitas Al-Azhar, Kairo (1960)

Dalam perkembangan hukum Islam Indonesia di akhir abad XX, kontribusi Prof. KH Ibrahim Hosen, LML sangat diperhitungkan. Beliau kerap tampil dengan gagasan brilyan setiap muncul problem aktual hukum Islam. Pendapat beliau bukan asal bunyi, melainkan hasil penelusuran kitab-kitab mu'tabar (diakui secara ilmiah), yang kemudian diolah secara bernas dengan pisau ushul fiqh. Banyak pencerahan baru setelah membaca setiap catatan penelitian beliau.

Kiprah Prof. KH Ibrahim Hosen, LML selalu identik dengan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Maklum, selama 20 tahun (1980-2000), beliau memimpin komisi itu. Fatwa-fatwanya dikenal sering mengundang polemik. "Kebenaran ilmiah harus ditegakkan," demikian beliau berulang-ulang menjelaskan landasan fatwanya.

Keunggulan beliau sebagai ulama bukan saja pada fatwa kontroversialnya. Beliau memiliki kerangka metode pembaruan hukum Islam yang sistematis dan paten. Itu diaplikasikan pada tiap fatwanya. Sebab itu, dalam sebuah pengantar buku, Jalaluddin Rakhmat menobatkan Prof. KH Ibrahim Hosen, LML sebagai "Fazlur Rahman"-nya Indonesia. Fazlur Rahman adalah simbol pembaharu pemikiran Islam yang - menurut Syafi'i Ma'arif - total dan tuntas.

Prof. Dr. Umar Shihab menilai beliau lebih dari seorang fakih (ahli fikih). "Ia bahkan seorang mujtahid," kata Guru Besar IAIN Makassar itu. Mujtahid adalah status yang melambangkan otoritas dan kemampuan ilmiah sangat tinggi dalam ilmu hukum Islam. Dari lima macam mujtahid dalam literatur ushul fiqh, sebuah tim penyusun biografinya menempatkan Prof. KH Ibrahim Hosen, LML sebagai mujtahid fatwa. Sejak delapan bulan menjelang ajal, beliau makin khusyuk mengisi waktunya dengan membaca Alqur'an.

Institut Ilmu Alqur'an didirikan oleh Prof. KH Ibrahim Hosen, LML pada 1 April 1977, beliau adalah rektor Institut Ilmu Alqur'an dari awal didirikan hingga beliau wafat pada 7 Nopember 2001. Beliau kemudian digantikan oleh Prof. KH Alie Yafie. Institut Ilmu Alqur'an didirikan khusus untuk perempuan, dengan keutamaan wanita menghafal, memahami, dan mengamalkan isi Alqur'an.


posted by KETUA PSW IIQ at 12:46 AM |

0 Comments:

Go Ahead, Share Your Thoughts! Post a Comment.

TAKE ME BACK TO THE MAIN PAGE...